Sekarang ini aku sedang disibukkan
dengan persiapan untuk ujianku, minggu depan. Juga mengerjakan segala laporan
hasil praktikumku. Sedikit bercerita, seluruh tugas laporanku dikerjakan secara
berkelomok. Ada 8 laporan yang harus dikerjakan dan itu dengan 8 kelompok yang
berbeda. Banyak tulisan teman-teman sekelasku di sosial media yang intinya
menyatakan kalau mereka kerepotan dengan “beban” tiba-tiba yang dilimpahkan
kepada kami. Ya, kami. Aku juga merasakan hal yang sama. Sebenarnya, karena
seluruh laporan dikerjakan secara berkelompok, beban menjadi sedikit lebih
ringan. Tapi, ketika bertemu partner kelompok yang “tidak diharapkan”, seketika
tugas itu terasa lebih berat.
Aku pernah menceritakan pada teman
dekatku mengenai betapa sebalnya aku pada anggota kelompok yang “tidak
diharapkan”. Aku menceritakan bahwa mereka terkadang tidak maksimal mengerjakan
tugasnya. Kadang juga menyepelekan tugas yang diberikan pada mereka. Di satu
sisi, anggota kelompok lain telah mengerjakan bagian kerja mereka dengan baik,
sedangkan disisi lain, mereka (kasarnya) menghancurkan hasil kerja keras anggota
kelompok lainnya. Untuk kelompokku, pembagian tugas dilakukan dengan sistem
lotre, semua dapat bagian kerja yang sama. Adil. Tapi kadang ada penyesalan
membagi tugas dengan sistem itu.
Sebenarnya, aku pribadi menggunakan
sistem lotre untuk membagi tugas agar semua anggota punya kesempatan yang sama
untuk belajar. Kita sesama mahasiswa yang kuliah di jurusan yang sama, mengeluarkan
uang untuk membayar UKT, dan sama-sama berjuang untuk menjadi lulusan yang
berkualitas. Kadang aku merasa kasihan jika anggota kelompok yang “tidak
diharapkan” itu hanya diberikan bagian kerja untuk print tugas saja. Apa mereka
bayar kuliah hanya untuk print tugas-tugas? Mungkin terkesan naïf, tapi aku
merasa semua orang punya kesempatan yang sama untuk belajar. Memang, itu
tergantung pada kemauan orang yang bersangkutan, tapi setidaknya aku sudah memberikan
kesempatan mereka. Pernah aku dikecewakan karena hasil kerja mereka (sangat)
tidak memuaskan, yang mengharuskanku begadang hingga hampir pagi untuk
memperbaiki kerjanya. Seperti kemarin. Sebal? Memang. Tapi aku merasa seperti
sudah melakukan hal baik hahaha (abaikan). Pernah aku ceritakan itu pada teman
dekatku. Awalnya dia setuju, tapi kemudian dia bilang “liat situasi dan
kondisinya juga.” Maksudnya, ketika anggota yang malas mendapat bagian yang
terbilang krusial, posisinya wajib digantikan oleh anggota lain yang lebih
berkompeten. Ya memang benar, tapi kembali lagi apa yang aku tulis di atas, aku
ingin memberikan kesempatan mereka untuk belajar.
Pernah sekali teman sekelasku menceletuk
“emang siapa yang mau satu kelompok sama anak males?” aku pun sebenarnya tidak
mau, tapi kalau selalu pilih-pilih, nanti di dunia kerja akan kesulitan. Iya,
kan?
Mungkin ada yang baca tulisan ini dan
tergolong anggota kelompok yang “tidak diinginkan”, tulisan ini bisa jadi bahan
instrospeksi. Bagaimana perilakumu bisa saja memberatkan anggota lain dan
memposisikan anggota lain sebagai orang yang dirugikan. Kalau kamu tidak paham
sama bagian kerjamu, biasakan tanya dulu. Jangan sembarang mengerjakan dengan
tujuan “asal selesai”.
Ada unsur-unsur ngamuk ya di dalam tulisan ini? Hahaha terima
kasih sudah membaca!