Kesempatan

8:00 PM



Sekarang ini aku sedang disibukkan dengan persiapan untuk ujianku, minggu depan. Juga mengerjakan segala laporan hasil praktikumku. Sedikit bercerita, seluruh tugas laporanku dikerjakan secara berkelomok. Ada 8 laporan yang harus dikerjakan dan itu dengan 8 kelompok yang berbeda. Banyak tulisan teman-teman sekelasku di sosial media yang intinya menyatakan kalau mereka kerepotan dengan “beban” tiba-tiba yang dilimpahkan kepada kami. Ya, kami. Aku juga merasakan hal yang sama. Sebenarnya, karena seluruh laporan dikerjakan secara berkelompok, beban menjadi sedikit lebih ringan. Tapi, ketika bertemu partner kelompok yang “tidak diharapkan”, seketika tugas itu terasa lebih berat.
Aku pernah menceritakan pada teman dekatku mengenai betapa sebalnya aku pada anggota kelompok yang “tidak diharapkan”. Aku menceritakan bahwa mereka terkadang tidak maksimal mengerjakan tugasnya. Kadang juga menyepelekan tugas yang diberikan pada mereka. Di satu sisi, anggota kelompok lain telah mengerjakan bagian kerja mereka dengan baik, sedangkan disisi lain, mereka (kasarnya) menghancurkan hasil kerja keras anggota kelompok lainnya. Untuk kelompokku, pembagian tugas dilakukan dengan sistem lotre, semua dapat bagian kerja yang sama. Adil. Tapi kadang ada penyesalan membagi tugas dengan sistem itu.
Sebenarnya, aku pribadi menggunakan sistem lotre untuk membagi tugas agar semua anggota punya kesempatan yang sama untuk belajar. Kita sesama mahasiswa yang kuliah di jurusan yang sama, mengeluarkan uang untuk membayar UKT, dan sama-sama berjuang untuk menjadi lulusan yang berkualitas. Kadang aku merasa kasihan jika anggota kelompok yang “tidak diharapkan” itu hanya diberikan bagian kerja untuk print tugas saja. Apa mereka bayar kuliah hanya untuk print tugas-tugas? Mungkin terkesan naïf, tapi aku merasa semua orang punya kesempatan yang sama untuk belajar. Memang, itu tergantung pada kemauan orang yang bersangkutan, tapi setidaknya aku sudah memberikan kesempatan mereka. Pernah aku dikecewakan karena hasil kerja mereka (sangat) tidak memuaskan, yang mengharuskanku begadang hingga hampir pagi untuk memperbaiki kerjanya. Seperti kemarin. Sebal? Memang. Tapi aku merasa seperti sudah melakukan hal baik hahaha (abaikan). Pernah aku ceritakan itu pada teman dekatku. Awalnya dia setuju, tapi kemudian dia bilang “liat situasi dan kondisinya juga.” Maksudnya, ketika anggota yang malas mendapat bagian yang terbilang krusial, posisinya wajib digantikan oleh anggota lain yang lebih berkompeten. Ya memang benar, tapi kembali lagi apa yang aku tulis di atas, aku ingin memberikan kesempatan mereka untuk belajar.
Pernah sekali teman sekelasku menceletuk “emang siapa yang mau satu kelompok sama anak males?” aku pun sebenarnya tidak mau, tapi kalau selalu pilih-pilih, nanti di dunia kerja akan kesulitan. Iya, kan?
Mungkin ada yang baca tulisan ini dan tergolong anggota kelompok yang “tidak diinginkan”, tulisan ini bisa jadi bahan instrospeksi. Bagaimana perilakumu bisa saja memberatkan anggota lain dan memposisikan anggota lain sebagai orang yang dirugikan. Kalau kamu tidak paham sama bagian kerjamu, biasakan tanya dulu. Jangan sembarang mengerjakan dengan tujuan “asal selesai”.
Ada unsur-unsur  ngamuk ya di dalam tulisan ini? Hahaha terima kasih sudah membaca!

You Might Also Like

0 comments

Contact Form

Name

Email *

Message *

Instagram