Nutrition Education From Beginning is Needed : Edukasi Gizi untuk Anak Binaan Hima Tektro ITS

11:31 PM



Hari ini aku sedang banyak waktu luang dan iseng melihat foto-foto yang ada di laptopku. Saat membuka foto-foto dari beberapa proker, ada niat untuk sharing tentang beberapa proker yang sudah terlaksana. Tapi ternyata banyak juga dan aku malas menuliskan tentang semuanya. And at the end, terpilihlah satu proker yang akan aku tulis untuk post kali ini. Sebenarnya ini bukan proker dari divisiku (pengabdian masyarakat). Ini adalah proker mendadak tapi cukup menarik karena pertama kalinya divisiku bekerja sama dengan universitas lain.

Kegiatan ini memang sudah cukup lama, satu tahun yang lalu. Kegiatan ini adalah kegiatan dimana aku pertama kali menjadi seorang edukator. Bukan hal yang hebat memang, namun sangat menyenangkan. Kegiatan edukasi gizi ini mengusung tema Pesan Gizi Seimbang (PGS).

Saat itu, divisiku dihubungi oleh salah satu pengurus departemen pengabdian masyarakat di himpunan mahasiswa teknik elektro ITS untuk mengisi edukasi di kegiatan rutin mereka. Tanpa pikir panjang, divisiku menyetujui tawaran tersebut. Kegitan edukasi gizi untuk anak binaan tersebut dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2016 lalu. 
 

Aku akui, kegiatan edukasi ini kurang dipersiapkan dengan baik, berhubung dari divisiku sendiri saat itu sedang mempersiapkan suatu proker yang mendekati hari H. Tapi untungnya, kegiatan tersebut berjalan dengan baik. kegiatan dilaksanakan di balai desan Kali Sari Damen, Mulyosari, Surabaya. Jangan bayangkan kegiatan ini ramai didatangi banyak orang. Tidak. Edukasi gizi ini dilakukan di balai desa kecil yang dihadiri oleh anak-anak usia sekolah sekitar yang ingin bermain bersama kami. Walaupun berjudul ”edukasi”, tidak ada kegiatan formal seperti menjelaskan di depan mengenai materi dan sebagainya. Saat itu kami hanya bermain games bersama, bernyanyi lagu cuci tangan, dan praktik konsumsi buah. Tidak lupa acara diawali dan diakhiri dengan doa. 
 

Ketika menjadi seorang edukator di kegiatan ini, yang terpikir olehku adalah “Alhamdulillah, ilmuku terpakai.”

Sebenarnya ada alasan lain kenapa aku share salah satu proker pengabdian masyarakatku. Jadi beberapa hari lalu, suatu organisasi datang ke kelasku untuk mempromosikan kegiatan pengabdian masyarakat-nya di suatu pulau terpencil. Jujur saja kegiatan yang mereka usung sangat keren. Aku sempat berpikiran untuk ikut berpartisipasi. Namun ada beberapa hal yang tidak aku sukai ketika si pembicara mempromosikan kegiatan pengabdian masyarakat tersebut. Si pembicara terkesan men-judge kami sebagai pemuda tidak berani ambil risiko untuk ikut melakukan pengabdian masyarakat karena kami terlalu nyaman dengan fasilitas di kota. Padahal, dari beberapa proker di divisiku sudah beberapa kali melakukan kegiatan pengabdian masyarakat meskipun tidak dalam skala yang sangat besar.

Yang ingin aku sampaikan adalah, don’t judge a book by it’s cover. Kami memang mahasiswa yang tinggal di perkotaan, tapi bukan berarti kami anak kota kehilangan rasa empati kami terhadap masyarakat sekitar. Pengabdian masyarakat bukan hanya dilakukan dengan pergi pulau terpencil dan memberdayakan masyarakat disana. Di perkotaan, ada fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa masih ada masyarakat yang membutuhkan bantuan para akademisi seperti kami. Lantas ketika semua pemuda pergi ke pulau untuk memberdayakan masyarakat disana, bagaimana masyarakat yang masih membutuhkan bantuan di kota?

Di post sebelumnya, aku juga pernah sharing tentang prokerku untuk lansia. Melihat bagaimana berterima-kasihnya mereka kepada kami membuatku ingin terus melakukan kegiatan serupa.

Yah, post ini tidak sesuai judul tapi rasa unek-unekku tersampaikan haha

Please be wise when you talking to other people. People might understand wrongly about what you’ve said. Like I did now.











You Might Also Like

0 comments

Contact Form

Name

Email *

Message *

Instagram